“Sesungguhnya
Allah adalah Dzat Yang Mahaindah dan mencintai keindahan. Dia mencintai
akhlak yang tinggi dan membenci akhlak yang rendah.” (HR Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir)
Dengan
kemuliaan akhlak seorang mukmin mampu mencapai derajat yang tinggi Ia
akan mendapat derajat sama dengan derajat para mujahid fi sabilillah,
para ahli ibadah, orang-orang yang senantiasa berpuasa, orang-orang yang
shalat di malam hari dan orang-orang yang beristighfar di sore hari.
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang muslim musaddid
(ibadahnya sedang-sedang saja) akan mampu mencapai derajat orang-orang
ahli puasa yang mendirikan ayat-ayat Allah, disebabkan oleh keindahan
akhlaknya dan kemuliaan prilakunya.”(HR Ahmad dan Ath-Thabrani)
Nabi
saw juga menjelaskan bahwasanya orang mukmin yang imannya paling
sempurna adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Dan dengan kemulian
akhlak seorang mukmin dapat mencapai derajat orang-orang yang berpuasa
dan menunaikan zakat.
Orang-orang
yang berakhlak luhur, berwatak mulia dan berperilaku bersih adalah
manusia yang paling dicintai oleh Baginda Nabi dan akan mendapat tempat
terdekat dengan beliau kelak pada Hari Kiamat. Dalam sebuah hadits, beliau menyatakan bahwasanya orang yang paling
beliau cintai dan akan mendapat tempat terdekat dengan beliau pada Hari
Kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya. Sedangkan orang yang paliang
beliau benci dan yang paling jauh tempatnya dengan beliau pada Hari
Kiamat kelak adalah orang yang buruk akhlaknya, yaitu Ats-Tsartsarun (orang-orang yang banyak bicara), Al-Mutasyadidiqun (orang-orang-orang yang suka memanjangkan pembicaraan) dan Al-Mutafayhiqun (orang-orang yang congkak.).
Akhlak
yang mulia juga akan menjadikan timbangan kebaikan seseorang bertambah
berat pada Hari Kiamat kelak. Hitungan amal baiknya akan meningkat
sedangkan timbangan amal buruknya akan berkurang. Rasulullah saw
bersabda, “Tiada sesuatu yang lebih bisa memberatkan timbangan
(kebaikan) orang mukmin pada hari kiamat, daripada akhlak yang baik.
Sesungguhnya Allah membenci orang yang berkata kotor dan hina.(HR
At-Tirmidzi)
Tahapan-tahapan
dan kejadian-kejadian pada Hari Kiamat juga akan mudah dilalui oleh
seorang yang berakhlak mulia. Dia akan mendapatkan tempat yang paling
mulia dan derajat yang tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwasanya
seorang hamba dengan kemuliaan akhlaknya akan mencapai derajat-derajat
di akhirat yang tinggi dan tempat tinggal yang mulia. Padahal di dunia
ibadahnya biasa-biasa saja. Sedangkan seseorang yang akhlaknya buruk
akan terjerumus ke derajat paling rendah di neraka jahanam.
Lantas bagaimana agar kita bisa berakhlak mulia?
Pertama,
membaca buku-buku dan mendengarkan ceramah-ceramah agama yang
menerangkan perihal akhlak Rasulullah, para sahabat, dan ulama-ulama
saleh.
Kedua, mengamalkan sedikit demi sedikit tentang akhlak mulia yang sudah kita pelajari.
Ketiga, berdoa kepada Allah supaya dikaruniai akhlak yang baik dan terhindar dari akhlak yang buruk.
Rasulullah
mengajarkan kepada kita doa untuk mendapatkan akhlak yang mulia.
Diriwayatkan bahwa beliau berdoa, “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku
keindahan akhlak yang tiada bisa menunjukkan keindahannya melainkan
Engkau semata. Dan palingkanlah dariku keburukan akhlak yang tiada bisa
memalingkan dari keburukannya, melainkan Engkau semata.(HR Muslim)
Dalam
hadits yang lain diriwayatkan bahwa Rasulullah saw meminta perindungan
dari keburukan akhlak, keburukan watak dan kerendahan adab. Beliau
berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
kemungkaran akhlak, amal-amal perbuatan, hawa-hawa nafsu dan
penyakit-penyakit (hati).” (HR At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani)
Dewasa
ini bangsa Indonesia dihadapkan dengan problem kemerosotan akhlak yang
sangat drastis. Bangsa Indonesia yang dahulu dikenal santun, ramah dan
bersahabat, akhir-akhir ini berubah menjadi bangsa yang kasar, bengis
dan arogan. Setiap hari kita saksikan media-media informasi menayangkan
berita kriminal. Ada anak yang tega membunuh orangtuanya sendiri, ayah
yang memperkosa anak gadisnya sendiri, bahkan seorang ibu tanpa perasaan
membuang bayinya sendiri ke tempat sampah.
Menjadi
tugas setiap orang mukmin untuk memperbaiki kebobrokan akhlak di negara
ini dengan menampilkan akhlak yang mulia. Sebab, akhlak mulia merupakan
ciri dari seorang mukmin sejati. Dengan menebarkan akhlak mulia, maka
perilaku masyarakat yang sudah kacau balau ini perlahan-lahan akan
berubah ke arah yang lebih baik.
H. Yasir Maqosid, Lc
Pengasuh Pondok Pesantren Syafi’i Akrom
Jenggot-Pekalongan Selatan-Jawa Tengah
(Dimuat di Surat Kabar Radar Pekalongan 6 Februari 2009)