Sinyal Ku band memiliki beamwidth (lebar berkas) lebih kecil dari C
band sehingga mengakibatkan penyetelan antena parabola lebih sulit
dibandingkan C band. Selain itu Diameter antena juga berhubungan dengan
beamwidth C atau Ku band, dimana tuning antena yang berdiameter lebih
besar akan lebih sulit dibandingkan diameter yang
kecil, karena antena berdiameter besar memiliki beamwidth yang lebih
sempit. Jadi menyetel antena untuk Ku band akan relatif lebih mudah pada
dish berdiameter kecil (6 feet ke bawah). Sebuah antena yang telah di
tuning pada Ku band akan berfungsi baik pada C band, tetapi
kebalikannya, antena yang di tuning di C band belum tentu berfungsi di
Ku band.
Mesh atau Solid?
Sebuah solid dish yang memiliki bentuk parabola sempurna akan
memantulkan sinyal yang sama banyaknya dengan mesh dish yang memiliki
1,25 x diameternya. Jadi secara teori: 6 feet perfect solid dish = 1,25 x
6 = 7,5 feet perfect mesh dish. Untuk memilih solid atau mesh dish,
adalah hal yang lebih penting apabila dish tersebut memiliki bentuk
parabola yang sempurna sehingga gain yang dihasilkan maksimum. Lalu
bagaimana kalau yang tersedia hanya mesh dish saja? OK, asal dish
tersebut memiliki persyaratan sbb:
Mesh memiliki lubang tidak lebih besar dari 1/4” (0,4 – 0,5 cm) atau sinyal 10-12 ghz akan ‘lewat’ dan tidak terpantulkan.
Mekanisme mounting antena harus cukup presisi sehingga tidak
mempunyai gerak (spelling) di setiap arah sumbunya, misalnya ketika
antena ditiup angin dan mempunyai smooth tracking sepanjang kurva
satelit, dsbnya.
Actuator juga memiliki ‘ketelitian’ Ku band – tidak memiliki gerak lebih dari 1/16” ketika ditekan/diputar.
Sinyal Beam
Masalah klasik kalau ada yang bertanya “apakah saya bisa menerima
siaran Ku ini dan itu?” Untuk jelasnya sebelum mengeluarkan biaya yang
relatif mahal, ada baiknya melihat foot print sinyal Ku satelit yang
anda inginkan untuk mengetahui apakah sinyal Ku band tersebut melingkupi
daerah anda. Juga dapat bertanya dengan rekan-rekan yang sudah pernah
mencoba atau berhasil.
Di bawah ini saya ambil contoh foot print satelit NSS6 95°E yang
memancarkan sinyal Ku untuk spot North East Asia. Pada gambar jelas
terlihat satelit tersebut tidak memancarkan sinyal untuk daerah
Indonesia, tetapi untuk Philipina dengan beam pancaran terbesar 53 dbW,
Jepang, Korea, dan sebagian China serta Rusia. Bila diteliti, beam
sinyal terkecil adalah 42 dbW dapat diterima di sebagian kalimantan dan
nyaris pulau Sumatra. Berdasarkan Tabel Perbandingan besarnya pancaran
dan ukuran dish yang diperlukan, dapat kita ketahui secara teori bahwa
besar minimal diameter dish yang dibutuhkan untuk dapat menerima sinyal
tersebut adalah 110 cm. Selanjutnya tinggal keberuntungan anda, apakah
anda tinggal di daerah yang masih di dalam cakupan sinyal Ku tersebut –
walaupun hanya spill-over signal? Apakah peralatan dan setting antena
anda cukup akurat, dsbnya. Bagi yang senang bereksperimen merupakan
tantangan yang mengasyikkan untuk mencoba menerima sinyal ‘tumpahan’
tersebut dengan antena berukuran besar – 8 feet ke atas.
Satelit Ku NSS-6 95°E North Asia Spot
Tabel untuk Ku LNBF dengan Noise Figure (NF) = 0.6 – 0.7 dB
Perbandingan besarnya kuat pancaran dan ukuran dish yang diperlukan.
Jenis Antena
Terdapat 2 jenis dish antena yang umum digunakan pada Ku band, yaitu
Offset dan Prime focus dish. Prime focus dish adalah jenis dish antena
yang biasa digunakan pada C band dimana LNBF terletak tepat di titik
fokus dish. Offset dish adalah parabola dish yang dipancung sehingga
memiliki luas permukaan yang lebih kecil dari dish parabola
sesungguhnya. Keuntungan offset dish adalah bentuk fisik yang lebih
kecil dan penerimaan sinyal Ku relatif tidak terganggu pada saat hujan
dibandingkan prime focus yang terkadang harus kehilangan sinyal pada
waktu hujan lebat. Kekurangannya adalah gain yang dihasilkan relatif
lebih kecil dari pada parabola dengan diameter sesungguhnya – prime
focus. Offset dish digunakan pada wilayah cakupan sinyal yang kuat.
Untuk tingkat keberhasilan yang relatif besar disarankan menggunakan
prime focus antena dan lnbf. Di tanah air beredar beberapa merk solid
dish seperti Venus, Starcom, Matrix dan Technosat.
LNBF
LNBF Ku band memiliki harga yang relatif lebih mahal (200-400 RB)
dibandingkan LNBF C band. Bentuk fisik lebih kecil dan cara penempatan
pada titik fokus yang berbeda. Umumnya LNBF C band memiliki tanda
(berupa garis dengan angka 0 di tengah dan 30 di kiri dan kanannya)
dimana garis dengan angka 0 harus diletakkan pas ke arah Timur atau
Barat dan kemudian dikoreksi (putar ke kiri-kanan) sampai mendapatkan
gambar/sinyal terbaik. Hal ini dapat dijelaskan dengan terdapatnya 2
antena kecil di dalam wave guide (corong lnb) dimana masing-masing
berfungsi sebagai antena berpolarisari vertikal dan horisontal. Berbeda
dengan C band, Ku band LNBF memiliki hanya 1 antena yang letaknya
sejajar dengan arah F konektor (terletak di dalam wave guidenya).
Gambar Offset Ku band LNBF
Ku band LNBF dibedakan 2 macam yaitu tipe Offset dan prime focus
LNBF. Kedua tipe ini dipilih sesuai dengan jenis antena yang digunakan
di atas. Offset LNBF umumnya memiliki rasio f/D = 0,5 ke atas sedangkan
prime focus LNBF memiliki f/D = 0,3 – 0,4. Sangat dianjurkan untuk
menggunakan tipe LNBF yang sesuai dengan antena yang digunakan. Untuk
menggunakan Offset LNBF pada prime focus antena boleh-boleh saja,
terutama apabila sinyal Ku cukup besar beaming ke daerah anda. Tetapi
sesungguhnya akan terdapat pengurangan gain yang cukup berarti karena
faktor f/D yang berbeda antara LNBF dan dish. Apabila ingin hasil yang
memuaskan: gunakanlah prime focus LNBF pada prime focus antena.
INSTALASI
1. Menghitung Titik Fokus
Menurut rumus kurva parabola titik fokus f (cm) adalah diameter (D) pangkat 2 dibagi dengan 16 x depth (d).
f = D2/16.d
Jadi bila menggunakan antena 6 feet (180 cm) dengan depth 30 cm, maka
titik fokus f (tempat menempatkan lnbf) adalah 67,5 cm dari dasar
piringan antena.
Rasio fokus/Diameternya (f/D) = 67,5 cm/ 180 cm = 0,36.
Angka f/D inilah yang kita gunakan untuk mengatur naik turunnya
adjustable scalar ring pada LNBF C band. Untuk menempatkan LNBF di titik
fokus diperlukan bracket yang tersedia di pasaran. Dengan bracket ini
anda dapat memasang LNBF di antena tipe tripod atau singlepod. Cara
menginstallnya kurang lebih sama dengan LNBF C band. Tetapi pada Ku band
LNBF, arahkan garis dengan angka O pada arah UTARA atau SELATAN. Bila
tidak ada garis 0 sebagai gantinya arahkan KONEKTOR sesuai dengan arah
Utara atau Selatan. Kemudian atur ketinggian LNBF supaya ring terletak
67,5 cm dari dasar antena- sesuai dengan jarak titik fokus hasil
perhitungan.
Gambar prime focus Ku band lnbf dan bracket
Ada yang mungkin bertanya apakah dapat memasang LNBF Ku band di
samping LNBF C band yang sudah terpasang? Karena saya belum pernah
mencobanya, silahkan teman lain memberikan masukan apabila pernah
mencobanya.
2. Setting Local Oscilator Frequency (LOF)
Untuk universal LNBF set LOFnya 9750/10600 dan 22 Khz Auto atau LOF1
9750 dan LOF2 10600. Umumnya receiver jenis baru telah memberikan
pilihan setting otomatis ketika kita memilih LO tersebut, tinggal
memilih jenis LNBF universal dengan LOF 9750/10600 dsnya. Apabila
menggunakan LNBF tipe lama, set LOF=9750 dengan switch 22 Khz OFF untuk
low band 10,7-11,7 Ghz dan LOF=10600 dengan switch 22 Khz ON untuk high
band 11,7-12,75 Ghz. Cara setting ini dapat berbeda tergantung dari
receiver yang digunakan.
3. Tips Mencari sinyal
Cara termudah, gunakanlah sinyal C band untuk mencari arah kurva
(Timur-Barat) satelit terlebih dulu. Untuk mencari sinyal, tune antena
pada salah satu frequensi/sinyal C band analog atau digital. Setelah
didapatkan sinyal quality dan sinyal strength terbaik, ganti LNBF dengan
Ku band dan scan di freq yang anda inginkan. Bila sinyal strength besar
tetapi sinyal qualitynya 0 atau kecil, koreksi Deklinasi (Arah Utara –
Selatan) dengan mur setelan di antena. Perhatikan bahwa 1 – 2 kali
putaran baut Deklinasi tersebut dapat memiliki perbedaan yang sangat
besar: Sinyal quality dari 0 – 100 %. Dari percobaan-percobaan yang
telah saya lakukan, tipe mounting seperti pada gambar memberikan hasil
yang paling akurat dan waktu penyetelan yang cepat.
Gambar mur setelan Deklinasi
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah frequency, symbol rate, dll.
pada satu LNBF/Receiver dengan lnbf/receiver lainnya tidak mutlak sama.
Hal ini besar pengaruhnya pada Ku band, tidak seperti halnya C band.
Misalnya Siaran A pada Freq. 12.000 Mhz Hor SR:10.000 k/s pada receiver X
belum tentu sama dengan receiver Y, Z dsbnya. Pada receiver Y mungkin
sinyal quality baru stabil/lock pada 12.002 Mhz dengan SR: 10.001 k/s
dan di receiver Z pada 12.004 Mhz SR: 10.003 k/s, dstnya. Ini
menjelaskan kenapa terkadang sulit untuk mencari sinyal Ku band
berdasarkan informasi dari Web site atau teman, yang pada C band tidak
pernah/jarang ditemukan. Anda harus berimprovisasi – play with your
remote! Setelah melakukan semua langkah diatas tetapi anda masih belum
mendapatkan sinyal yang dicari? Satu hal yang paling mungkin adalah
karena anda telah menggunakan tiang / post yang memiliki diameter yang
lebih kecil dari diameter mounting antena. Sehingga usaha berjamjam
untuk mencari sinyal menjadi sia-sia karena antena memilih gerak
(meskipun sedikit, tetapi tidak bisa ditolerir untuk Ku band) bebas ke
dua sumbu. Pemecahannya adalah perbaiki diameter tiang dengan diameter
yang pas dengan mounting antena sehingga tidak memiliki gerakan lagi.
Bisa dengan mengganti dengan tiang baru atau menambahkan pipa
berdiameter lebih besar sepanjang pipa mounting (plus 10-20 cm).
Diameter luar pipa/tiang yang sering ditemukan adalah 7,5 cm sedangkan
pada beberapa produk antena, diameter bagian dalam mounting adalah 8-8,5
cm.
SUMBER : http://c.1asphost.com/mainsource/Indonesia.asp
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar di sini