Selasa, 15 September 2020

Mengikuti Kuliah Umum III Pembatik Level 4 bersama Dirjen GTK Kemdikbud Republik Indonesia

 


Kebijakan Pendidikan terkait Guru dan Tenaga Kependidikan bersama pak Iwan Syahrir.

Assalaamu alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh..!!!

Alhamdulillah saya kali ini berkesempatan mengikuti kuliah umum ke-3 yang dibawakan oleh bapak Iwan Syahril.

Siapakah pak Iwan Syahrir?

Dari judul postingan ini saja sebenarnya sudah nampak jelas siapa itu mas Iwan Syahril. Selengkapnya Bapak Iwan Syahril, Ph.D. adalah seorang pendidik yang lahir dari keluarga guru dari kota Padang, Sumatra Barat. Ia adalah putra sulung dari pasangan Syahril Kasim dan Syafrida yang merupakan keturunan Minangkabau. Ayahnya seorang guru bahasa Inggris yang sangat populer di kota Padang pada tahun 1960an-1990an. Wikipedia.

Konten yang dibagikan dalam materi pak Iwan lebih fokus kepada bagaimana filosofi guru yang didorong oleh bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara.


Diawal paparannya pak Iwan mengulas makna logo tutwuri handayani yang merupakan pemikiran dari bapak Pendidikan kita.

Kalimat selengkapnya adalah ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Ing ngarso sung tulodo itu artinya pendidik itu harus menjadi teladan. Teladan itu adalah sebuah hal yang penting bagi seorang guru sebagai seorang pengajar. Hal ini betul-betul merupakan esensi dari menjadi seorang guru. Yang kedua adalah seorang guru itu harus ing madya Mangun Karso, yakni membangkitkan semangat menjadi motivator. Membangkitkan semangat itu adalah bagian dari tugas dari seorang motivator. Yang ketiga Tut Wuri Handayani. Ini mengandung makna memberikan dorongan dari belakang. Memberikan dorongan maksudnya memberikan dorongan sehingga mereka kemudian menjadi mandiri, berdaya dan merdeka belajar.

Tiga hal selayaknya seorang Guru dalam Perspektif Merdeka Belajar:

1. Memandang anak dengan rasa hormat
Perspektif Ekologis: Nature + Nurture 
Pendidikan itu hanya bisa menuntun. Namun faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak sangat besar. 

Pendidik ibarat petani. 
Seorang petani yang menanam padi hanya dapat menuntun tumbuhnya padi. Ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi, dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman padi dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya, ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti halnya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan tanaman padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman padi yang tidak diperlihara, tetapi mengganti kodratnya padi itu tetap mustahil.” 

2. Mendidik secara holistik
Kritikan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidika era kemerdekaan (1956):
“Kita lihat di zaman sekarang masih terpakainya bentuk-bentuk rumah sekolah, daftar-daftar pelajaran yang tidak memberi cukup semangat mencari ilmu pengetahuan sendiri, karena tiaptiap hari, tiap-tiap tri wulan, tiap-tiap tahun, pelajar-pelajar kita terus menerus terancam oleh sistem penilaian dan penghargaan yang intelektualis. Anakanak dan pemuda-pemuda kita sukar dapat belajar dengan tentram, karena dikejar-kejar oleh ujian-ujian yang sangat keras dalam tuntutantuntutannya. Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiwaannya; sebaliknya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai yang tinggi dalam school raport-nya atau untuk dapat ijazah. Dalam soal ini sebaiknyalah kita para pemimpin perguruan, bersama-sama dengan Kementerian P.P. dan K. mencari bagaimana caranya kita dapat memberantas penyakit examen cultus dan diploma jacht itu.” 

3. Mendidik secara relevan/kontekstual
• Kodrat Alam (Sifat, Bentuk)
- Sifat pokok tiap-tiap kebudayaan adalah universal (perikemanusiaan)
- Bentuk kebudayaan berbeda-beda sesuai kodrat alam
• Kodrat Zaman (Isi, Irama)
- Isi kebudayaan timbul karena pengaruh zaman yang ditempati masyarakat
- Irama kebudayaan adalah cara menggunakan segala unsur kebudayaan

Berikut materi lengkap dari pak Iwan:

Video rekaman kuliah umum bisa kalian lihat di Channel Yotube Kemdikbud berikut:




Jangan Lupa Like, Subscribe dan Comment

...Merdeka Belajar, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia...

Demikian, wasalamu alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh









0 komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar di sini